Kamis, 27 Desember 2007

Sifat Entrepreneur

Studi Sifat Entrepreneur

Entrepreneur memiliki banyak kesamaan sifat karakter dengan pemimpin. Meskipun serupa dengan teori-teori kepemimpinan awal, teori entrepreneur berbasis sifat semakin dipertanyakan. Entrepreneur seringkali dikontraskan dengan manajer dan administrator yang disebutkan lebih methodical dan kurang mengambil risiko. Meskipun model-model entrepreneurship yang berpusat pada orang dipertanyakan validitasnya, banyak literatur-literatur yang mempelajari kepribadian entreprenur menemukan sifat-sifat tertentu yang dihubungkan dengan entrepreneur:
  1. David McClelland (1961) menggambarkan entrepreneur terutama dimotivasi oleh kebutuhan yang luas atas pencapaian dan keinginan kuat untuk membangun.
    Collins dan Moore (1970) mempelajari 150 entrepreneur dan menyimpulkan bahwa mereka orang-orang yang tangguh dan pragmatis yang dikenalikan oleh kebutuhan atas kemandirian dan pencapaian; mereka jarang berkeinginan untuk mengadu pada pihak otoritas.
  2. Bird (1992) melihat entrepreneur sebagai orang yang cekatan, yaitu cenderung kaya wawasan, berbagi ide, banyak trik, cerdik, kaya sumber daya. Mereka opportunistik, kreatif, dan tidak sentimental.
    Busenitz dan Barney (1997) mengklaim entrepreneur cenderung terlalu percaya diri dan menyamaratakan.
  3. Cole (1959) menemukan empat tipe entrepreneur: innovator, calculating inventor, over-optimistic promoter, dan organisation builder. Tipe-tipe ini tidak terkait dengan kepribadian tetapi terkait tipe peluang yang dihadapi entrepreneur.
  4. Burton W. Folsum Jr, membedakan antara political entrepreneur dan market entrepreneur. Political entrepreneur menggunakan pengaruh-pengaruh politik untuk mendapatkan pendapatan melalui subsidi, proteksi, monopoli yang diberipemerintah, kontrak-kontrak pemerintah, atau aturan-aturan pemerintah yang menguntungkan. Market entrepreneur berjalan tanpa keistimewaan-keistimewaan khusus dari pemerintah.


sumber: answers.com; http://mybusinessblogging.com/

Selasa, 11 Desember 2007

Industri IPod dan Pemenang Hadiah Nobel Fisika 2007

Artikel Iptek
Industri IPod dan Pemenang Hadiah Nobel Fisika 2007
Oleh Edi Suharyadi
sumber: http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-10-11-Industri-IPod-dan-Pemenang-Hadiah-Nobel-Fisika-2007.shtml

Hadiah Nobel untuk tahun 2007 di bidang Fisika telah diberikan kepada ilmuwan di Prancis dan Jerman pada 9 Oktober yang lalu. Mereka, pasangan Albert Fert (Paris-Sud University, France) dan Peter Gruenberg (The Research Center of Solid State Physics, Germany) berhak menerima sejumlah uang sebasar 1.5 juta US dolar, sebagai penghargaan terhadap pekerjaan mereka menemukan fenomena Giant Magneto Resistance (GMR).
Pada awal tahun 2007 mereka juga menerima The Japan Prize, dalam katagori yang sama dengan saat mereka menerima Nobel Prize, yaitu: The discovery of Giant Magneto-Resistance ( GMR) and its contribution to development of innovative spin-electronics devices (ref.: http://www.japanprize.jp/prize/prize_e1.htm ).

Fenomena GMR
Fenomena GMR atau Giant Magneto-Resistance yang sebelumnya lebih popluler disebut sebagai Magneto-Resistance (MR) ditemukan pada tahun 1988 oleh pasangan A. Fert dan P. Guenberg. Secara sederhana adalah fenomena fisika pada material, dimana jika medan magnet (M) dengan perubahan medan yang sangat kecil/lemah dikenakan pada suatu material, maka akan muncul perubahan electric-resistance (R) yang luar biasa besar pada material tersebut. Pada generasi awal, Magneto-Resistance (MR) yang memunculkan istilah sensor magnetic hanya digunakan untuk mendukung teknologi Hard Disk Drive (HDD) tepatnya sebagai MR read-sensor head yaitu piranti untuk membaca informasi/data pada Hard Disk.
Sebuah Hard Disk menyimpan data digital sebagai titik magnetik pada permukaan sebuah disk yang disebut bit. Sebuah bit (dimana data akan dikomposisikan sebagai bit) menyatakan nilai 0 saat disk dimagnetisasi pada satu arah, dan bernilai 1 bila arahnya berlawanan. Dan perubahan arah magnetik pada setiap bit akan diterjemahkan sebagai kombinasi 0 dan 1.

Satu bit akan menyimpan satu informasi dalam bentuk angka biner kombinasi 1 dan 0. Proses pembacaan data/informasi (kombinasi angka biner 0 atau 1) berawal dari munculnya medan magnet yang berasal dari perubahan orientasi arah magnetic pada setiap bit. Medan magnetic tersebut kemudian terekam oleh MR sensor melalui perubahan electric-resistance (R)-nya akibat adanya induksi magnetik.

Sejak ditemukan fenomena GMR, aplikasi MR sensor tidak hanya digunakan sebagai pelengkap piranti pada HDD komputer saja. Penemuan GMR material menjadi awal untuk melakukan trobosan secara total pada teknologi hard disk berbasis nano teknologi. Dengan sensivitas yang sangat tinggi terhadap perubahan medan magnetik sekecil apapun, fenomena GMR berbuah pada pengembangan Hard Disk Drive (HDD) berukuran sangat kecil dengan kapasitas tinggi dan proses transfer data/informasi dengan kecepatan tinggi.

Sehingga sekarang HDD tidak hanya digunakan sebagai piranti komputer. Ukurunnya yang semakin kecil, teknologi HDD telah merambah teknologi audio-visual portable. Industri IPod and HDD-pocket tidak mungkin muncul tanpa penemuan GMR. Handycam, Car Navigator, dan Mobile Phone adalah beberapa contoh industri elektronika yang sekarang telah menggunakan HDD.

Dan yang tak kalah pentingnya dari penemuan fenomena GMR ini, adalah fenomena ini seakan menjadi pintu masuk atau inspirasi terhadap munculnya istilah/fenomena baru yaitu "Spin Electronics" dengan beragam kajian serta aplikasinya. Jika selama ini kajian elektonika dan turunan serta aplikasinya (semikonduktor, superkonduktor, konduktor, Insulator, dan lain lain) selalu berawal dari fenomena keberadaan elektron (yang berputar mengelilingi proton).

Maka dalam Spin Electronics adalah fenomena Spin pada elektron, yakni perputaran Elektron pada sumbunya sendiri telah memunculkan bermacam kajian dan aplikasi, selain GMR, ada juga TMR (Tunneling Magneto-Resistance) untuk aplikasi MRAM (Magnetic Random Acces Memory) yang di masa depan akan mampu menggantikan berbagai Teknologi Memory berbasis Semikonduktor (seperti RAM pada komputer, Flash memory, memory card, dan lain-lain)


Edi Suharyadi, Staf pengajar di Jurusan Fisika UGM, Peneliti pada Institute for Science and Technology Studies (ISTECS), bidang kajian Magnetic Nanostructures dan aplikasinya untuk Hard Disk Drive (HDD) devices. Email: esuharyadi at yahoo.com

Teknologi Informasi untuk Membantu Operasi Bedah Syaraf

Artikel Iptek
Teknologi Informasi untuk Membantu Operasi Bedah Syaraf
Oleh Agung Budi Sutiono


Di bidang bedah saraf, hampir semua teknik operasi yang dilakukan bersifat invasif dengan kata lain harus dengan membuat luka sayatan dan membuka tulang tengkorak untuk mengakses kedalam jaringan otak atau yang biasa disebut sebagai craniotomy. Dengan berkembangnya teknologi informasi, teknik bedah saraf menjadi lebih maju. Teknologi informatika dapat membantu membuat pemetaan pada fungsi otak sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi defisit fungsi saraf (neurological deficit) yang diakibatkan oleh tindakan operatif.


Demikian pula perkembangan teknologi pencitraan modern saat ini telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi keberhasilan operasi bedah saraf. Visualisasi dengan menggunakan mikroskop pada waktu operasi, meningkatkan keberhasilan dan keamanan bagi penderita pasca operasi. Lebih canggih lagi, alat endoskopi telah banyak membantu para ahli bedah saraf untuk melihat setiap sudut di dalam otak manusia untuk menentukan posisi aneurism (pembesaran pembuluh darah) di otak sebelum dilakukan clipping (menjepit pembuluh darah yang beresiko terjadi ruptur/pecah).


Pada dekade terakhir, tindakan bedah saraf dengan computer-assisted image-guided (neuronavigation) telah dikembangkan untuk membantu ahli bedah saraf melakukan tindakan operasi lebih aman. Neuronavigation memungkinkan para ahli bedah saraf mengetahui lokasi lesi/tumor secara lebih akurat, dengan cara menentukan besarnya lesi/tumor dan menentukan teknik operasi yang tepat untuk mendekati lesi/tumor tersebut. Saat ini telah tersedia sistem navigasi berbentuk frame-based atau frameless berdasarkan pada teknik perbedaan posisi lesi/tumor sebagai titik poin dengan memakai integrated poin optik atau sistem elektromagnetik.


Selanjutnya, semua jenis sistem pencitraan yang menunjang pada saat dilakukan operasi bedah saraf ini memerlukan data pencitraan yang diperoleh dari CT scan (computed tomograph scanning), MRI (magnetic resonance image) dan juga integrated functional MRI, positron emission tomography, serta magnetoencephalography yang diambil sebelum operasi dilakukan. Sehingga dengan demikian belum ada satu sistem yang dapat mendeteksi perubahan dalam otak secara berkesinambungan selama operasi berlangsung seperti pergeseran otak akibat bocornya cairan serebrospinal (cairan dalam otak), pengambilan tumor, maupun perubahan bentuk otak akibat perubahan posisi pasien.
Disinilah kemahiran ahli bedah saraf dalam menggabungkan teknologi informasi dan teknik operasi diperlukan. Seorang ahli bedah saraf harus bisa menentukan jenis alat pencitraan yang mana yang diperlukan untuk membantu navigasi saat dilakukan operasi. Diantara mereka ada yang menggunakan sistem navigasi berdasarkan data pencitraan yang diambil sebelum dilakukan operasi, lalu ada pula yang menggunakan 3D ultrasonografi yang dapat digunakan real time pada saat operasi berlangsung. Bila data diambil sebelum dilakukan operasi, maka hasil pencitraan ini akan bermanfaat pada saat menentukan petanda lokasi tumor sebelum dilakukan reseksi (pengambilan tumor) dengan cara membuat garis disekitar batas tumor dengan bantuan pena khusus yang dapat memancarkan sinyal lalu titik posisi pena tersebut ditransmisikan dan diproyeksikan dalam gambar yang sudah ada (gambar.1).
Gambar. 1: Pencitraan 3D sebelum dilakukan operasi untuk menentukan letak lesi/tumor
Salah seorang ahli bedah saraf, Wiltfang. J. dkk (2003) dari Friederich-Alexander University, Erlangen Jerman, melaporkan bahwa, teknik operasi di bagian depan (frontal), tengah dan samping (peritemporal access) kepala memberikan berbagai macam gambaran klinis sesuai dengan letak lesi/tumor tersebut. Neuronavigasi dapat memberikan gambaran secara detail tentang besar, struktur anatomi pembuluh darah di sekitar lesi/tumor. Struktur tulang juga dapat terlihat dengan sangat jelas, baik pada bagian depan, tengah dan belakang dari tulang dasar tengkorak dan memberikan gambaran yang simetris serta memiliki arti klinis yang sangat bermakna (gambar.2).
Gambar. 2: Pencitraan 3D CT scan memberikan gambaran detail struktur anatomi, lesi, tumor.
Teknologi informatika telah banyak memberikan kontribusi dalam dunia kedokteran umumnya dan khususnya bagi bedah saraf. Akan tetapi, tidaklah bisa dipungkiri pula bahwa keberhasilan operasi tidak melulu bergantung terhadap alat penunjang, tapi juga keterampilan seorang ahli bedah saraf saat menggunakan jari-jari tangannya untuk menolong penderita, adalah merupakan kunci keberhasilan saat operasi. "chirurgia = hand work = General surgery and micro-chirurgia = finger work = neurosurgery" (Takanori Fukushima,MD)
Referensi 1. Rutten GJ, Ramsey N, Noordmans HJ, Willem P, Rijen P, Sprenkel JWB, Viergever M, Veelen C. Towards functional neuronavigation: implementation of functional magnetic resonance imaging data in a surgical guidance system for introperative identification of motor and language cortices. Neurosur. Focus 2003. 15 (1)2. Tronnier VM, Bonsanto MM, Staubert A, Knauth M, Kunze S, Wirtz CR. Comparison of intraoperative MR imaging and 3D-navigated ultrasonography in the detection and resection control of lesions. Neurosurg. Focus 2001. 10(2)3. Wiltfang J, Rupprecht S, Ganslandt O, Nimsky C, Kebler P, Schultze-Mosgau S, Fahlbusch R, Neukam FW. Intraoperative image-guided surgery of lateral and anterior skull base in patients with tumors or trauma. Skull base 2003. 13(1): 21-29


Penulis:
Agung Budi Sutiono, MD, PhD (candidate)Medical Informatics ResearchGraduate School Information Systems, National University Electro-Communications1-5-1 Choufugaoka, Choufushi, Tokyo JapanAnd Residency programNeurosurgery Department Keio University Hospital35 Shinanomachi, Shinjuku-ku, Tokyo JapanTel. +81-424-435664Fax. +81-424-435682agungbudis at yahoo.comagungbudis at ohta.is.uec.ac.jp

Fakta Menarik dari Starbuck

Fakta Menarik dari Starbuck

sumber: www.kompas.com

Lebih dari sekedar kopi dan gerainya yang mengglobal, ternyata Starbuck juga menyimpan fakta-fakta yang menarik.

1.TIAP HARI 2 GERAI BARU DIBUKA. Sebenarnya Starbuck telah ada sejak tahun 1971, tetapi ekspansi yang agresif mulai dilakukan ketika Howard Schultz menjadi CEO pada tahun 1987. Saat ini Starbuck memiliki 14.396 gerai. Jika dibagi menjadi 20 tahun atau 7.300 hari, maka rata-rata dalam sehari ada dua gerai baru yang dibuka.

2. NAMA STARBUCK BERASAL dari TOKOH NOVEL.Nama starbuck ternyata diambil dari nama tokoh dalam novel Moby Dick. Tokoh Starbuck memiliki sifat konservatif dan percaya pada takhyul. Satu-satunya hal yang mendekati tokoh Starbuck seperti dalam novel adalah gambar putri duyung pada logo. Semula logo itu menggambarkan putri duyung bertelanjang dada tapi kemudian diperhalus dengan ditutupi rambut panjangnya yang tergerai.

3. STARBUCK DIJUAL untuk BUKA GERAI TEH. Pemilik awal Starbuck, Jerry Baldwin yang juga pemilik Peets Coffee & Tea, membuka gerai pertama Starbuck di Seattle, namun pada tahun 1987 mereka menjualnya pada Howard Schultz agar mereka lebih fokus mengurusi gerasi Peets Cofee & Tea. Saat ini market share Starbuck 70 kali lebih besar dibanding dengan Peets.

4. TIAP KARYAWAN DIPERLAKUKAN SAMA. Sikap dan strategi perusahaan ini berlawanan dengan kebijakan konvensional yang berlaku di banyak perusahaan. Setiap karyawan, apa pun jabatannya, bahkan tenaga paruh waktu sekalipun diperlakukan dengan hormat. Selain tunjangan kesehatan yang lengkap, perusahaan memberikan program pembelian saham pada setiap karyawan.

5. TIDAK ADA FRANCHISE. Salah satu aturan yang masih dijalankan sampai sekarang adalah Starbuck tidak membuat franchise untuk kepemilikan individu. Menurut pendirinya hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dan standar tiap gerai.